Followers

30 October 2010

Tagged under:

Foto Kelas di Jakabaring



Akhirnya kali ini saya menambahkan label 'My World' pada blog ini. Ini hanya sebagian dari jutaan kisah saya dan dunia saya yang terjadi pada tanggal 30 Oktober 2010.

Sebelumnya, kejadiaan yang terjadi pada hari itu tersebut sudah sesuai skenario, yaitu foto kelas XI PSIA 4 di Jakabaring dan ada skenario khusus dari teman saya yang memang sudah saya prediksi akan berjalan sesuai rencana. Namun, ada sesuatu yang tidak tersusun sesuai rencana. Pada pagi hari itu saya mendengar teman saya yang bernama B mengalami kecelakaan pada saat akan pergi ke sekolah pada hari itu. Menurut sumber, kecelakaannya tidak terlalu parah. Bagian yang parah adalah bagian mukanya karena ia mencium pantat sebuah mobil. Dengan begitu, acara foto kelas yang akan diselnggarakan pada siang harinya minus 1 orang pria. Pria kelas kami yang rencananya 12 orang untuk ikut, terpaksa hanya 11 orang saja yang ikut dan dapat dikatakan sebuah kesebelasan sepak bola.

Oke, beralih ke kisah mengenai saya pada hari itu. Setelah melakukan senam pagi, saya menuju ke ruang 14 (Old: 10) untuk melakukan uji kemampuan Olimpiade Komputer dari LOPI. Semua yang mengikutinya (termasuk saya) beranggapan bahwa soalnya sulit. Setelah itu saya bersama teman saya menuju ke cabang seni, yaitu nasyid.

Melanjutkan perjalanan pada hari itu, saya menuju ke asrama yang bernama Sultan Hasanuddin untuk bersinggah dan mengganti pakaian bersama teman saya yang lainnya untuk bersiap-siap menuju Jakabaring. Dengan berbaju merah dan ada juga yang berbaju biru kami menuju ke Jakabaring. Ada yang menggunakan sepeda motor dan ada yang menggunakan mobil. Saya menggunakan motor, di mana jumlah motor yang pergi ke sana adalah sebanyak 5 motor. Kami yang bermotor pergi terlebih dahulu dibandingkan teman saya yang menggunakan mobil. Saya berada di posisi ke empat di mana akhirnya saya mengikuti rombongan yang lebih cepat dan saya berada di posisi ke tiga. Berada di tengah-tengah saya kehilangan posisi teman saya yang berada di posisi pertama dan kedua yang terlalu cepat, dan di posisi keempat dan kelima saya jauh berada di depan. Dengan bodohnya, saya belok kiri dan tidak melewati jembatan highway yang menuju lurus di simpang POLRI menuju ke arah Jakabaring. Saya yang menyadari bahwa saya kehilangan direksi harus memutar dengan jauh untuk kembali ke arah yang tepat kembali. Otomatis, saya tidak bersama dengan teman-teman saya, dan saya berada di posisi kelima. Saya yang menggunakan motor hanya untuk pergi ke sekolah saja, kurang terbiasa melewati jalan yang jarang saya lewati. Bahkan saya sudah lupa di mana Jakabaring, karena saya sudah sangat lama tidak ke sana, mungkin sekitar 5 atau 6 tahun lalu. Terpisah dari rombongan membuat saya 'ngeri' dari pemberhentian yang dilakukan oleh polisi lalu lintas. Di simpang charitas, saya harus menunggu selama kurang lebih 120 detik, dan saya melihat polisi di sebelah kiri saya, ia pun berpindah dan langsung mengamati dan mungkin memberhentikan kendaraan yang lewat dari sisi lain. Lampu hijau pun bersinar, Semua kendaraan bergerak, termasuk kendaraan saya. Saya menuju lurus ke jembatan AMPERA. Itu merupakan yang pertama kali bagi saya melewati jembatan AMPERA dengan mengendarai motor sendiri. Turun dari jembatan AMPERA, saya sudah memasuki wilayah Ulu. Saya yang merupakan anak Ilir kurang mengetahui tempat-tempat di Ulu. Saya yang sudah lama tidak Jakabaring pada saat di sebuah perempatan bingung untuk memilih jalan lurus atau belok kanan. Namun setahu saya jika belok kanan maka akan menuju ke asrama haji atau bandara internasional SMB II. Saya pun memilih jalan yang lurus. Jalan yang saya lewati sangat sepi dan luas yang tidak biasanya saya lewati. Dengan kecepatan tetap 60-70 km/jam, saya mengendarai motor serasa seperti terbang. Sebelumnya, saya merasakan kecepatan 60 km/jam hanya sesaat karena jalan ramai. Saya merasa yakin ketika jalan lurus yang lewati beraroma seperti 5 tahun yang lalu saat saya ke Jakabaring dulu. Dan gambar yang paling saya ingat adalah sebuah bundaran yang terdapat di Jakabring. Dan saya sampai di bundaran tersebut dan saya percaya bahwa saya sudah sampai. Apalagi dari luar saya melihat stadion Gelora Jakabaring Palembang yang merupakan home base Srwijaya FC. Saya kr pinggir jalan dan menelpon teman saya untuk menanyakan berapa uang masuk ke dalam sana dan juga menyiapkan uang dari tas saya. Setelah membayar, saya masih bingung di mana teman saya yang lain berada.

Dan akhirnya, saya pun bertemu dengan yang lainnya. Di sana, skenario khusus yang dijalankan oleh teman saya berhasil dengan lancar sesuai prediksi saya. Skenario
khusus tersebut adalah 'menembak cewek' yang dilakukan oleh E dan yang menjadi target adalah A. 3 hari sebelumnya, pada tanggal 27 Oktober 2010, teman saya yang lainnya juga berhasil, ia menembak di atas sebuah jok motor sambil mengendarainya, tentunya tidak di depan orang banyak. Setelah skenario khusus itu, kami melanjutkan ke skenario berikutnya yaitu foto kelas. Acara pun selesai dan kami pun menuju ke tempat lain (kalau saya kembali ke rumah).



0 comments: