Followers

04 January 2011

Tagged under: ,

Orang Palembang kok Tidak Bisa Berenang



Seperti yang saya katakan pada posting sebelumnya, saya akan menambah posting yang berhubungan dengan air. Tulisan di bawah ini merupakan tulisan saya yang kedua untuk mengikuti Kompetisi Web KOMPAS MuDa & AQUA. Tulisan kali ini berbeda dengan yang sebelumnya karena tulisan yang ini berbekal dari pengalaman dan penglihatan di lingkungan nyata tempat saya tinggal. Selamat membaca. Air untuk masa depan.


“Orang Palembang kok Tidak Bisa Berenang” ditulis oleh M. Rasyid Ridha.

Orang Palembang pada judul di atas sebenarnya digunakan sebagai kata ganti saya sendiri yang memang merupakan orang palembang. Saya harus mengaku meski tinggal di kota wisata air, saya tidak bisa berenang. Waktu saya masih duduk di kursi SMP, ayah saya yang lahir dan dibesarkan di Menggala mengatakan “Orang palembang kok tidak bisa berenang padahal tinggal di kota sungai seperti Palembang ini”. Kata-kata itulah yang menjadi inspirasi saya mengambil judul ini.

Sebenarnya di tempat tinggal saya, Kelurahan 9 Ilir Palembang, terdapat banyak sekali tempat untuk berenang. Bahkan rumah saya bersebelahan dengan rumah kakek saya yang bersebelahan dengan sungai yang bermuara ke sungai musi. Namun sayangnya saya tidak pernah mencicipi sungai tersebut, karena air pada sungai tersebut sudah tidak bersih lagi. Kalau air surut berwarna hitam, kalau pasang berwarna coklat. Meskipun begitu sampai sekarang masih banyak warga di sana yang memanfaatkan air di sungai tersebut. Jika air pasang, saya melihat anak-anak berenang di sana. Dan terkadang saya melihat seseorang sedang membersihkan kendaraan roda tiganya dengan air sungai tersebut.

Walaupun tinggal di kota wisata air dan berdekatan dengan sungai, saya tetap saja tidak bisa berenang. Sungai yang kotor tersebutlah yang menjadikan alasan mengapa saya tidak bisa berenang meskipun masih ada anak-anak yang berenang di sana. Ayah saya bisa berenang karena waktu masa kecilnya itu, sungai di Menggala sangatlah bersih. Sayangnya, sekarang sungai di sana juga sudah tidak sebersih dulu lagi.
Ketika saya duduk di bangku SD, sepupu saya sering berenang di sungai di tempat tinggal kami. Apa boleh buat, waktu itu saya hanya bisa menonton mereka saja. Bahkan teman-teman saya waktu masih SD yang juga berdekatan dengan sungai tersebut rela menghabiskan waktu istirahat jam sekolahnya untuk berenang di sana.

Saya heran mengapa mereka masih menggunakan air sungai yang kotor tersebut. Padahal air sungai yang kotor merupakan salah satu bentuk kepribadian buruk dari air yang dapat menyebabkan dampak negatif jika digunakan. Saya lihat pula banyak warga di sana menjadikan sungai sebagai kotak sampah mereka.

Bukan hanya di tempat tinggal saya saja yang seperti ini, di tempat lain mungkin ada yang lebih parah, apalagi di kota besar seperti Jakarta. Banyak dari kita yang tidak peduli dengan kebersihan khususnya untuk air yang menyebabkan ia berubah menjadi kepribadiaan jahat yang merugikan diri kita sendiri.

Mungkin sangat sulit merubah sungai menjadi jernih kembali. Saya lihat di sebuah sungai kecil lain, sampah di sana tidak nampak lagi, namun warnanya tidak berubah, masih tetap coklat. Apa boleh buat, warnanya tidak bisa jernih kembali, nasi telah menjadi bubur. Yang dapat kita lakukan adalah tidak membuang sampah sembarangan khususnya tidak membuang sampah ke sungai agar volumenya tidak bertambah. Kemungkinan masih ada tapi sangat sulit.



0 comments: